Pernah nggak sih kamu ngerasain sukses tapi nggak dapet dukungan atau ucapan selamat dari orang – orang di lingkungan terdekat kamu?
Sebetulnya, tepuk tangan dan pujian dari orang lain buat kita yang udah dewasa emosinya (maaf ya) sebenernya nggak terlalu penting.
Sukses itu urusan pribadi banget, guys. Kadang, sukses kita malah bikin iri hati orang-orang terdekat kita, kayak adik atau kakak, jadi ‘sakit’. Ada ungkapan konyol yang sering kita denger di keluarga atau teman-teman, kayak: “Boleh sukses, tapi jangan lebih sukses dari aku.” Atau yang lebih singkat, “Saya Susah, Kamu Senang; Saya Senang, Kamu Susah.”
Coba bayangin deh, misalnya kamu lagi reuni sama temen-temen sekolah. Kayaknya pada merasa aman ya, kalo temen-temenmu gagal atau nggak se-sukses kamu. Kesuksesan seseorang, apalagi kalo ‘luar biasa’, sering bikin yang lain jadi minder atau ngerasa ‘ditekan’.
Dalam pemasaran, ada yang jago sengaja mengatur perasaannya untuk menghindari kejadian di atas. Para salesman bakal pura-pura jadi ‘lebih lemah’ biar orang lain merasa lebih nyaman di depan salesman itu. Sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan lebih lancar dan mendapatkan tanggapan dari calon pembelinya.
Jadi, balik lagi ke pertanyaan tadi, sukses itu urusan pribadi banget. Tepuk tangan dan pujian itu cuma bonus, yang nggak bakal nambahin atau ngurangin kesuksesan kamu.
Satu hal penting, guys, nggak lebih dari setengah dari pujian yang kita dapet itu beneran tulus. Ada yang mungkin dalam hatinya punya harapan kamu gagal aja, atau ada juga yang pengen kamu balas pujian ke mereka juga.
Kalimat “Boleh sukses, tapi jangan lebih sukses dari aku” sering terjadi di sekitar mereka, baik di keluarga, teman, atau tempat kerja. Sikap ini muncul karena berbagai alasan psikologis dan sosial yang melibatkan persaingan, harga diri, dan bagaimana mereka melihat diri sendiri serta orang lain.
Menurut teori Social Comparison dari Leon Festinger, manusia memiliki kecenderungan untuk membandingkan diri mereka dengan orang lain sebagai cara untuk mengevaluasi diri sendiri. Ketika ada orang di sekitar mereka yang sukses besar, mereka bisa merasa terancam atau minder karena hasil perbandingan ini. Ini bisa bikin mereka jadi cemburu atau merasa kurang.
Teori Relative Deprivation juga relevan di sini. Teori ini
menjelaskan bahwa individu merasa kurang puas atau iri ketika mereka membandingkan diri dengan orang lain yang lebih sukses. Ketika orang dekat mereka sukses besar, mereka bisa merasa kehilangan kendali atas situasi sekitar mereka. Ini bikin mereka jadi tidak nyaman dan merasa tidak aman.
Beberapa budaya atau aturan sosial menekankan kesetaraan atau kebersamaan. Di sini, kesuksesan individu bisa dilihat sebagai ancaman bagi keharmonisan kelompok. Terutama di tempat di mana kesuksesan diukur dari seberapa mereka setara atau tidak setara daripada yang lain. Teori Collective Mentality dalam psikologi sosial menjelaskan bahwa individu dalam budaya kolektivistik sering menilai kesuksesan pribadi berdasarkan dampaknya terhadap kelompok, sehingga kesuksesan individu yang terlalu mencolok bisa dilihat sebagai ancaman terhadap harmoni kelompok.
Nikmatin aja sukses kamu sendiri dan hindarin sorotan pujian kalo emang kamu nggak butuh. Kecuali kalau kamu mau jadi politisi, di situlah tepukan tangan jadi segalanya.
Dalam Konteks Kesuksesan di Kantor
Di lingkungan kantor, kesuksesan seseorang bisa memicu berbagai reaksi dari rekan kerja. Misalnya, ketika seseorang mendapatkan promosi atau penghargaan atas kerja kerasnya, rekan-rekan kerja mungkin merasa terancam atau iri. Hal ini bisa terjadi karena beberapa alasan:
- Persaingan Kerja: Kantor adalah tempat yang penuh dengan persaingan. Kesuksesan seorang karyawan bisa membuat yang lain merasa terancam posisinya. Menurut teori Zero-Sum Game, ada anggapan bahwa kesuksesan satu orang berarti kegagalan bagi yang lain, meskipun ini tidak selalu benar.
- Ketidakamanan Pekerjaan: Ketika seseorang berhasil, terutama jika pencapaian tersebut luar biasa, rekan kerja lain mungkin merasa bahwa mereka perlu bekerja lebih keras untuk mencapai level yang sama. Ini bisa menyebabkan stres dan ketidakamanan.
- Dinamika Tim: Kesuksesan individu yang terlalu mencolok bisa mengganggu dinamika tim. Menurut teori Group Cohesion, kesuksesan yang terlalu mencolok bisa dianggap mengancam kesatuan dan kerjasama dalam tim.
- Kecemburuan Sosial: Berdasarkan Equity Theory dari John Stacey Adams, karyawan membandingkan rasio input (usaha) dan output (penghargaan) mereka dengan orang lain. Jika mereka merasa bahwa seseorang mendapatkan lebih banyak penghargaan tanpa usaha yang sebanding, mereka mungkin merasa iri dan tidak adil.
Menghadapi situasi seperti ini, penting bagi seseorang yang sukses di kantor untuk tetap rendah hati dan menunjukkan bahwa kesuksesan mereka bisa memberi manfaat bagi tim secara keseluruhan. Ini bisa membantu mengurangi ketegangan dan meningkatkan kerjasama dalam lingkungan kerja.
Dalam Konteks Kesuksesan di Bidang Wiraswasta
Kesuksesan dalam bidang wiraswasta juga sering dilihat dengan pandangan negatif oleh orang-orang di sekitar. Misalnya, ketika seorang pengusaha muda berhasil membangun bisnis yang sukses, reaksi dari lingkungan sekitarnya bisa bervariasi. Beberapa alasan mengapa kesuksesan ini bisa dilihat negatif termasuk:
- Ketidakadilan Ekonomi: Menurut teori Relative Deprivation, orang-orang cenderung merasa tidak puas atau iri ketika mereka melihat seseorang yang sukses secara finansial, terutama jika mereka merasa bahwa kesuksesan itu tidak didapat dengan cara yang adil. Mereka mungkin berpikir bahwa keberhasilan tersebut didapatkan dengan keberuntungan atau bantuan yang tidak mereka miliki.
- Kebanggaan dan Harga Diri: Kesuksesan seorang wiraswastawan bisa membuat orang-orang di sekitarnya merasa minder atau kurang berharga. Hal ini sesuai dengan teori Social Comparison dari Leon Festinger, di mana orang-orang membandingkan diri mereka dengan yang lebih sukses untuk mengevaluasi nilai diri mereka.
- Perubahan dalam Hubungan Sosial: Ketika seseorang sukses dalam bisnis, mereka mungkin harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk bisnisnya dan kurang waktu untuk keluarga atau teman. Hal ini bisa menyebabkan ketegangan dalam hubungan dan perasaan bahwa kesuksesan tersebut mengancam keseimbangan hubungan sosial mereka.
- Ancaman bagi Kompetitor: Dalam dunia bisnis, kesuksesan satu pengusaha bisa dianggap sebagai ancaman oleh kompetitor. Menurut teori Zero-Sum Game, kesuksesan satu bisnis sering kali dilihat sebagai kerugian bagi bisnis lain, terutama dalam pasar yang kompetitif.
Untuk mengatasi pandangan negatif ini, seorang wiraswastawan perlu menunjukkan bahwa kesuksesan mereka tidak hanya bermanfaat bagi diri mereka sendiri tetapi juga bagi komunitas mereka. Ini bisa dilakukan dengan cara:
- Memberikan Kembali ke Komunitas: Berkontribusi kepada masyarakat melalui program sosial atau filantropi.
- Kolaborasi dengan Bisnis Lokal: Menciptakan peluang bisnis baru bagi orang lain dan bekerja sama dengan bisnis lokal untuk memperkuat ekonomi lokal.
- Transparansi dan Kejujuran: Menunjukkan bahwa kesuksesan mereka diperoleh melalui kerja keras, ketekunan, dan integritas.
Dengan cara ini, mereka bisa mengurangi ketegangan dan mempromosikan pandangan positif terhadap kesuksesan mereka di mata orang lain.
Dalam Konteks Kesuksesan Seorang Pelajar di Kelas
Kesuksesan seorang pelajar di kelas, baik dalam nilai pelajaran maupun menang lomba di luar sekolah, sering kali bisa menimbulkan reaksi campur aduk dari teman-teman sekelas dan lingkungan sekitar. Beberapa alasan mengapa kesuksesan ini bisa dilihat negatif termasuk:
- Persaingan Akademis: Menurut teori Social Comparison dari Leon Festinger, siswa cenderung membandingkan prestasi akademis mereka dengan teman-temannya. Ketika ada seorang siswa yang sangat berprestasi, teman-teman lainnya mungkin merasa minder atau tertekan karena merasa tidak mampu mencapai standar yang sama.
- Perasaan Iri: Berdasarkan Relative Deprivation Theory, siswa yang tidak seberuntung atau tidak seberprestasi mungkin merasa iri atau tidak puas dengan kesuksesan temannya. Ini bisa membuat mereka kurang mendukung dan bahkan menjauhi siswa yang sukses.
- Perubahan Dinamika Sosial: Kesuksesan akademis yang mencolok bisa mengubah dinamika sosial di kelas. Teman-teman sekelas mungkin merasa bahwa siswa yang sukses terlalu sombong atau tidak lagi sejalan dengan mereka, yang dapat menyebabkan isolasi sosial.
- Tekanan dari Harapan Orang Lain: Siswa yang sukses sering kali diharapkan untuk terus mempertahankan prestasi mereka. Tekanan ini bisa datang dari guru, orang tua, atau bahkan teman-teman, yang mungkin berharap mereka selalu menjadi yang terbaik.
Untuk mengatasi pandangan negatif ini, siswa yang sukses perlu:
- Bersikap Rendah Hati: Menunjukkan bahwa kesuksesan mereka adalah hasil dari kerja keras dan dukungan dari orang-orang di sekitar mereka.
- Membantu Teman: Menggunakan kesuksesan mereka untuk membantu teman-teman yang mengalami kesulitan dalam pelajaran,